Fakta menarik Hymn of Death

Tidak dapat dipungkiri bahwa drama Korea (KDrama) telah menjadi salah satu hiburan yang digemari oleh banyak orang di seluruh dunia. Namun, terkadang ada momen ketika penonton merasa bosan dengan formula cerita yang serupa dan pengulangan tema yang sering terjadi pada KDrama. Namun, jangan khawatir, karena Hymn of Death muncul sebagai angin segar yang mampu membawa perubahan.

Drama enam episode ini bukanlah KDrama biasa yang sering kita saksikan. Cerita yang diangkat dalam Hymn of Death terinspirasi dari kehidupan nyata seorang penyanyi terkenal pada era kolonial Jepang. Dibintangi oleh Lee Jong Suk dan Shin Hye Sun, drama ini menampilkan kisah tragis tentang cinta terlarang yang terjalin di tengah situasi politik yang memburuk.

Selain ceritanya yang berbeda, Hymn of Death juga menarik perhatian penonton berkat produksinya yang dilakukan dengan totalitas. Sutradara Park Soo Jin tidak pernah ragu untuk menunjukkan detail-detail yang akurat mengenai Tokyo pada awal abad ke-20. Tidak hanya itu, kostum dan setnya juga dibuat dengan sangat rinci, menciptakan suasana yang sangat autentik dan membuat penonton merasakan bahwa mereka terlibat langsung dalam kisah yang terjadi.

Lalu, apa lagi yang menjadikan Hymn of Death begitu menarik? Tentu saja, akting yang memukau dari para pemainnya. Lee Jong Suk berhasil membawa karakternya yang kompleks menjadi sangat hidup, sedangkan Shin Hye Sun membawa sentuhan emosi yang kuat dalam memainkan peran wanita tangguh yang terlibat dalam kisah cinta terlarang tersebut.

Jadi, jika kamu mencari hiburan yang berbeda dan tak ingin merasa bosan dengan formula cerita yang monoton, maka Hymn of Death bisa menjadi pilihan yang tepat. Mari simak fakta-fakta menariknya dan rasakan pengalaman yang tak terlupakan.

1. Bersetting waktu di masa penjajahan Jepang

Semua karakter dalam drama ini terlihat modern dengan mengenakan setelan jas. Bahkan Shin Hye Sun pun tampak modis dengan balutan blus dan rok. Mereka beruntung karena mendapatkan kesempatan untuk menimba ilmu di Tokyo dan merasakan kehidupan yang normal.

Di Korea, kehidupan masyarakat masih diliputi oleh kemiskinan dan penjajahan. Drama ini menghadirkan gambaran kota Tokyo pada era 1910-an, di mana budaya Jepang dan Korea saling bercampur aduk.

2. Diambil dari Kisah Nyata

Drama Hymn of Death didasarkan pada kisah nyata yang melibatkan Kim Woo Jin (diperankan oleh Lee Jong Suk) sebagai penulis naskah dan Yoon Shim Deok (diperankan oleh Shin Hye Sun) sebagai penyanyi soprano pertama di Korea.

Kedua tokoh ini benar-benar ada dalam sejarah dan inti cerita yang dipaparkan dalam drama ini memang sesuai dengan kisah aslinya. Namun, tidak semua detail yang ditampilkan dalam drama ini sepenuhnya faktual. Beberapa bagian cerita disusun oleh penulis naskah untuk menjadikan alur cerita lebih menarik.

3. Telah dibuat versi filmnya di tahun 1991

Pada tahun 1991, kisah tragis cinta antara Yoon Shim Deok dan Kim Woo Jin yang terkenal itu telah diangkat ke layar lebar dengan judul yang sama, Hymn of Death. Lagu Hymn of Death sendiri merupakan ciptaan Yoon Shim Deok dan kisah cintanya dengan Kim Woo Jin telah dikenal luas sebelumnya, sehingga apa yang diceritakan dalam drama ini bukanlah hal yang baru.

4. Reuni Lee Jong Suk dengan pemeran School 2013 dan While You Were Sleeping

Jika kamu penggemar Lee Jong Suk dan sudah menonton semua drama-dramanya, maka kamu akan melihat wajah-wajah familiar di sini. Shin Hye Sun dan Lee Ji Hoon adalah pemeran pendukung di School 2013. Lee Sang Yeob, Shin Jae Ha, dan Kim Won Hae yang merupakan pemeran di While You Were Sleeping juga turut meramaikan Hymn of Death.

5. Disutradarai oleh Park Soo Jin yang juga menggarap drama While You Were Sleeping

Anda tak perlu merasa ragu terhadap mutu gambar pada drama Hymn of Death lantaran disutradarai oleh seorang ahli dalam bidangnya. Park Soo Jin, sutradara Hymn of Death ini cukup terkenal berkat karya terdahulunya, While You Were Sleeping yang menawarkan sinematografi yang amat memukau.

Ia pun berusaha segenap hati dalam menggarap drama terbarunya ini. Visual Tokyo pada permulaan abad ke-20 ditampilkan dengan amat teliti dan penuh dedikasi

Posting Komentar

0 Komentar